Makalah
DINASTI UMAWIYAH
TUGAS
disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Syariah
pada jurusan Ekonomi Syariah
pada jurusan Ekonomi Syariah
Dosen
Pembina:
Intan
Qurratulaini S.Ag., M.S.I.
Oleh:
Fadly Ramadhan – 150602086
Erwin Fatria - 150602083
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN
AR-RANIRY
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejak
berakhirnya masa Khulafaurrasyidin di kareanakan beberapa faktor, karean
masyarakt baru dengan generasi dan pemikiran barunya baik arab maupun bukan
tidak dapat menyesuaikan dengan kekuasaan Khulafaurasyidin, sehingga kekuasaan
harus diganti dengan corak modern beserta pemikiran dan cara pandang hidupnya
terhadap kehidupan.
Kecenderungan
Masyarakat baru ini lebih menghendaki keusaaan dipimpin oleh raja-raja yang
masih ada hubugan kekeluargaan seperti dahulu pada masa Jahiliyah. Hal itu
sangat cocok menurut pemikiran mereak dan kebutuhan mayarakat baru. Muawiyah
merupakan sosok yang tepat dan dapat mewakili kepentingan, keinginan dan
kencenderungan mereka,
Dengan demikian
terbentuknya negara Umawiyah yang merupakan keinginan dan kebutuhan masa baru,
ia terbentuk karean bersamaan dengan kejadian peristiwa-peristiwa yang
disekelilingnya. Yang masa awalnya di pimpin oleh Khalifak Muawiyah
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Asal usul nama Umawiyah
2.
Awal daulat Umayyah
3.
Masa-masa Kalifah Umayah beserta
kebijakan yang dilakukannya
4.
Akhir Masa Kekhalifahan Umayah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ASAL USUL NAMA
DAULAH UMAWIYAH
Nama “Daulah
Umawiyah” itu berasal dari nama “Umaiyah inbu “ Abdi Syams inbu ‘Abdi Manaf,
yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah quraisy di zaman jahiliyah.
Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim inbu Abdi Manaf,
untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang
memiliki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di zaman
jahiliyahitu, karena ia berasal dari keluarga bansawan, serta mempunyai cukup
kekayaan dan sepuluh orang putera-putera yang terhormat dalam masyarakat.
Orang-orang yang memiliki ketiga macam unsur-unsur ini dizaman jahiliyah,
berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.[1]
Bani umaiyah
barulah masuk agama islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain. Selain
memasukinya, yaitu ketika nabi muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang
benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinannya, meyerbu masuk kekota
Makkah.[2]
Dengan demikian
teranglah bahwa Bani Umaiyah itu adalah orang-orang yang terakhir masuk Agama
Islam, dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap agama ini pada
masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah masuk islam, mereka dengan
segera dapat memperlihatkan semangat kepahlawanan yang jarang tandingnya,
seolah-olah mereka ingin mengimbangi keterlambatan mereka itu dengan berbuat
jasa-jasa yang besar terhadap Agama Islam, dan agar orang lupa kepada sikap dan
perlawanan mereka terhadap Agama Islam sebelum mereka memasukinya.[3]
B.
AWAL DAULAT
ISLAMIYAH[4]
Sejak
berdirinnya pemerintahan Bani Umayah pada tahun 661 M dimulai pula tradisi baru
dalam sistem pemerintahan Islam. Sistem pemilihan secara demokratis yang
dikembangkan selama masa kekhalifahan arrasyidin telah tidak dikenal lagi dalam
proses pemilihan khalifah. Proses pergantian khalifah untuk seterusnya
dilakukan mengikuti sistem turun-temurun. Dalam Iiteratur Islam sistem itu
dikenal sebagai Daulah Islamiyah, yang berarti kekuasaan Islam yang berciri
kedinastian atau ashobiyah.
Dalam pada itu
pemerintahan Islam yang ditegakkan dengan cara perebutan kekuasaan oleh
Muawiyah terhadap Khalifah Ali yang sah, harus tetap waspada terhadap setiap pengkritik.
Oleh karenanya selalu menaruh kecurigaan terhadap kemungkinan terjadinya intrik
istana maupun gerakan perlawanan terhadap khalifah. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan kalau Bani Umayah menjadi sangat kuat, sehingga berhasil
menegakkan kekhalifahan Bani Umayah selama 90 tahun. Selama itu pula telah
memerintah 14 orang khalifah, sebagai berikut.
1.
Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan
(661-689 NI)
2.
Khalifah Yazid I (680-683 M)
3.
Khalifah Muawiyah II (683-684 M)
4.
Khalifah Marwan I bin al-Hakam
(684-685 M)
5.
Khalifah Abdul Malik (685-705 M)
6.
Khalifah Al-Walid (705-715 M)
7.
Khalifah Sulaiman (715-717 M)
8.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M)
9.
Khalifah Yazid 11 (720-724 M)
10.
Khalifah Hisham (724-743 M)
11.
Khalifah Al-Walid 11 (743-744 M)
12.
Khalifah Yazid III dan Ibrahim (744-744
M)
13.
Khalifah Marwan II bin Muhammad
(744-750 M)
Sejak awal
pemerintahan Muawiyah telah melakukan sejumlah pendekatan agar sistem
penggantian khalifah yang hendak dikembangkan, yaitu turun-temurun, dapat
lancar dilaksanakan. Dia melakukan pendekatan kepada sejumlah tokoh elite
politik untuk mendukung kebijakannya itu. Kemudian khalifah mengumumkan dekret
pertamanya, yaitu mengangkat putrany a, Yazid sebagai putra mahkota, pewaris
takhta kekhalifahan Bani Umayah.
C.
MASA MU’AWIYAH
41-60H[5]
Mu’awiyah
dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk Islam pada hari
penaklukan kota Makkah bersama-sama
penduduk kota Makkah lainya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Dimasa
pemerintahannya, Mu’awiyah telah menciptakan hal-hal baru yang belum pernah
diadakan orang sebelum itu. Dialah yang mula-mula memerintahkan supaya
perajurit-perajurit mengangkat senjata-tembok bila mereka berada dihadapanya.Ciptaan
Mu’awiyah lainya ialah:Mengadakan dinas-pos; Pada tempat-tempat tertentu
disepanjang jalan disediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya. Pegawai pos
mengambil seekor dari kuda itu dan mengedarainya dengan cepat sehingga ia
sampai kestasion berikutnya. Disana ia meninggalkan kuda itu supaya dapat
beristirahat, dan ia mengambil kuda yang telah tersedia disana kemudian
mengendarainya dengan cepat sampai kestasion berikutnya pula. Begitulah
seterusnya. Selain dari itu, Khalifah Mu’awiyah juga orang yang mula-mula
mendirikan “Kantor cap percetakan mata uang)”.
D.
MASA YAZID
60-64 H[6]
Namanya, “Yazid
ibnu Mu’awiyah”, ibunya “Maisun al
Kalbiyah”, yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Mu’awiyah sebelum ia
menjadi Khalifah. Tetapi Maisun ini tidak mersa betah dengan kehidupan kota.
Sebab itu Mu’awiyah memulangkannya kepada eluarganya, bersama putera-nya,
Yazid. Dengan demikian Yazid di besarkan dipadang pasir, diamana ia mendapatkan
bahasa yang fasih, adab yang baik dan kecakapan berburu. Dan sebaliknya, ia
tidak mengenal tipu-daya, politik dan pemerintahan.
Pemikiran
tentang pengangkatan Yazid menjadi putera mahkota mulai timbul pada tahun 49 H.
Sebagai gagasan dari Al Mughirah ibnu Syu’bah. Sesudah Mu’awiyah meninggal
dunia, Pembai’ahan Yazid dilakukan lagi, yang sebelumya pernah dilakukan saat
Mu’awiyah masih hidup, biarpun rakyat suka atau tidak. Dan ada beberapa
pemimpin yang menolak. Maka Yazid berkirim surat kepada gubernurnya di madinah
supaya mengambil tindakan keras terhadap mereka, sehingga sebagian mereka
akhirnya rela membai’ah yazid, hanya dua orang yang menolak, yaitu Husein dan
Abdullah ibnu Zubair. Sejak itulah mulailah pertarungan hebat. Dalam
pertarungan itu Husein tewas dalam pertempuran di Karbela, dimasa pemerintahan
Yazid.
E.
MU’AWIYAH II 64
H[7]
Dia hanyalah
seorang pemuda yang lemah. Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari, ada
sebagian buku mengatakan hanya 3 bulan. Kemudian ia mengundurkan diri karena
sakit. Dan selanjutnya ia mngurung dirinya di rumah, samai ia meninggal tiga
bulan kemudian. Itu semua di sebabkan karena ketidak sanggupan dia dalam
mengurusi permasalahan pada saat itu.
F.
MARWAN IBNUl
HAKAM[8]
Marwan adalah
seorang ang bijaksana, berpikiran tajam, fashih berbicara, dan berani. Ia ahli
dalam pembacaan Al-Qur’an. Dan banyak meriwayat hadis-hadis dari para sahabat
Rasulullah yang terkemuka, terutama dari
Umar Ibnul Khatthab dan Usman ibnu ‘Affan. Ia
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia mebujuk lebih
dahulu dua orang puteranya untuk menggantikannya berturut-turur, yaitu : ‘Abdul
Malik dan Abdul Aziz
G.
ABDUL MALIK
IBNU MARWAN 65-86 H[9]
Abdul Malik ini
dipandang sebagai pendiri yang kedua bagi daulah Umawiyah. Ketika ia diangkat
menjadi Kahlifah, Alam Islami sedang berda dalam keadaan terpecah-belah. Ibnu
Zubair di Hijaz telah memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Kaum syi’ah
mengadakan pemberontakan dan Kaum Khawarij membangkan pula.
Abdul malik
telah berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu
pula ia telah dapat menumpas segal pembangkangan dan pemberontakan. Sebab itu
ia berhak di sebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi daulah Umawiyah.
Diantara
hasil-hasil; karya Abdul Malik yang patut dipuji ialahmengarahkan Kantor-kantor
pemerintahan. Dulunya kantor-kantor pemerintahan yang berada di Syam memakai
bahasa Yunani sebagai bahasa resmi. Dan yang di persia memakai bahasa persia.
Sedangkan di mesir memakai bahasa Qbthi. Maka Abdul Malik menetapakan utnuk
memindahkan semuanya itu kedalam bahasa arab. Diamasa hidupnya telah dapat
dilaksanakan usaha mengarahkan ini dibawah pimpinan Sulaiman ibnu Sa’ad di
syam, dan Shaleh ibnu Abdirahman di persia. Membuat mata uang denga cara
teratur adalah juga hasil karyanya.
Pembesar-pembesar
Abdul malik yang terpenting antara lain ialah suadarnya : Abdul’Aziz, dan
panglimanya yang termasyur : Al Hajjaj ibnu Yusuf As Tsaqafi. Setelah Marwan yang merupakan ayahnya yang
telah merebut daerah Mesir dari tangan gebernur yang di angkat oleh Ibnu
zubair. Ia menepatklan Abdul Aziz di sana. Zaman pemerintahan Abdul Aziz di
Masir itu adlaha Zaman yang paling gemilang. Dimasa itu ia mengadakan banyak
perbaikan-perbaikan. Dibuatnya alat pengukur air sungai nil, dibangunnya sebuah
jembatan di teluk Amirul Mu’minin. Dan dirubuhkannya Masjid Jmi’ Amru, lalu
diperluasnya dari keempat jurusannya. Ia juga mencurahkan perhatian yang besar
terhadap kota hilwan, dan berusaha mempersiapkan kota itu menjadi ibukota
propinsinya. Lalu dibagunnya disana kola air, ditanamnya pohon-pohon kayu
korma, didirikanjnya masjid-masjid, dan dipindahkannya kesana baitul-mal dan
kantor-kantor pemerintahan.
H.
Al WALID IBNU
ABDIL MALIK 89-96 H[10]
Al Walid
dialhirkan pada tahun 50 H. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi
pendidikannya tentang bahasa rab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang
fasih. Al Walid adalah yang terbaik untuk menerima kerajaan itu, dan orang yang
terbesar untuk memelihara warisan itu. Al Walid adalah seorang yang suka damai
dan menginginkan perbaikan-perbaikan; justru ia muncul pada zaman damai, maka
diadakannya perbaikan-perbaikan didalam negeri.
Perbaikan-perbaikan
dalam negeri yang dilaksanakan oleh Al Walid menunjukkan dengan jelas betapa
tingginya jiwa Islam, dan betapa murninya prinsip-prinsip serta
bimbingan-bimbingannya. Karya-karya besar dari Al-Walid ini antara lain ialah :
ia telah mengumpulkan anak-anak yatim, diberinya mereka jaminan hidup, dan
disediakannya para pendidik untuk mereka. Begitu pula untuk orang-orang cacad,
disediakannya pelayan-pelayan khusus. Dan untuk orang-orang buta disediakannya
pula para penuntun. Orang-orang itu semua diberinya gaji yang teratur. Dan
orang-orang yang berpenyakit kusta ditempatkannya dalam suatu rumah khusus,
dirawat sesuai dengan syarat-syarat kesehatan, hingga mereka tidak dapat keluar
ketempat yang ramai. Dan mereka ini diberinyaa jaminan hidup yang layak. Untuk
setiap penderita penyakit lumpuh diberinya seorang pelayan yang akan merwat dan
mengurusinya. Dan mereka inipun diberinya gaji tertentu. Suatau peninggalan
abadi dari Al Walid dalam bidang pembangunan ialah Masjid Umawi di Damaskus.
I.
SULAIMAN
IBNU’ABDIL MALK 92-99 H[11]
Sulaiman ibnu
Abdil malik dilahirkan pada tahun 54 H. Ia dilantik menjadi Khalifah setelah
saudaranya ‘Al Walid’ meninggal dunia. Pada masanya ini merupakan masa
pemerintahan yang zalim, pada masa itu sulaiman diliputi suasana kebencian
dikarenakan usaha Al Walid untuk mengesernya sebagai putera-mahkota, dan
menyebabkan periode pertama dari pemerintahannya itu penuh rasa dendam kesumat
terhadapnya, terutama dari para panglima terkemuka yaitu Al hujjaj yang
merasakan adanya hubugna yang tegang dan penuh kebencian kepada sulaiman.
Tetapai Al- Hajjaj meninggal sebelum
Sulaiman memegang Khilafah, dan begitulah doa beliau yang mengharapkan hal
tersebut yang kemudian dikabulkan Allah Subhanahuwa Ta’la. Adapaun keluarga Al
Hajjaj, dan keluarga Muhammad ibnul Qazim dan keluarga Qutaibah ibnu Muslim,
semunya menderita siksaan yang berta dari sulaiman. Demikian pula Muhammad
ibnul Qasim panglima yang paling unggul pada masanya dan berjasa memasukkan
islam ke negeri sind disiksa dan dibunuh oleh sualiaman. Begitu pula Qutaibah
ibnu Muslim, juga telah terbunuh. Padahal ialah yang mengerakkan perluasan
islam sampai khurasan.
Namun dibalik kezaliman nya itu , pada masanya ada kecenderungan
baru dalam pembangunan yaitu kembali ke kampung. Untuk itu ia membangun
istana-istana di perkampungan dengan perhiasan yang banyak. Walaupun ini suatu
yang terlalu bermengah megahan. Politik Al- Walid dalam pembukaan daerah juga
dilanjutkan pada masa sulaiman bin Abdul Malik.Sulaiman ibnu Abdil Malik memang
dikenal dengan sifat hedonisme.
J.
UMAR IBNU
ABDIL’AZIZ 99-101 H[12]
Umar ibnu
Abdil’Aziz dilahirkan di kota Hulwan, tidak jauh dari kairo, ketika itu ayahnya
yang jadi gunernur di mesir.Pada masa beliau, ia mengurangi beban pajak yang
biasa dipungut dari orang-orang Nashrani.
Dan ia menghentikan pemungutan jizyah dari orang-orang yang masuk islam
diantara mereka. Maka berbondong-bondonglah mereka masuk islam, karena
penghargaan mereka yang tinggi terhadap agama islam dan terhadap umar pribadi,
dan juga karena ingin bebas dari kewajiban membayar izyah.masa pemerintahannya
uamr ini terkenal dengan perbaikan-perbaikan yang banyak dilaksanakannya, ia
juga membuat aturan-aturan mengenai takaran dan timbangan shingga dapatlah
dibasmi pemalsuan dan kecurangan dalam pemakaina alat-alat tersebut. Pada masa
beliau telah berhasil membuat rakyatnya menjadi kaya dan makmur. Sehingga orang
yang mengeluarkan zakat bingung kepada siapa zakatnya akan di berikan karena
hampir semua di daerah tersebut tidak ada lagi orang miskin. Akhirnya umar
memutuskan untuk menggunakan zakat itu untuk membeli hamba shaya dan
membebaskannya.
K.
YAZID IBNU
ABDIL MALIK 101-105 H [13]
At Thabari dan
Al Ishfihani membwakan suatu riwayat yang kemudian dikutip pula oleh Ibnu
Atsir, Al Fakhri dan ahli-ahli sejarah lainnya, baik yang lama ataupun yang
abru, bahwa Yazid ini orang yang sangat buruk morilnya, jatuh cinta kepada dua
orang hamba-sahaya, bernama salamah dan hababah. Ia menghabiskan waktunya
dengan kedua wanita itu. An tatkala hababah jatuh sakit yazid sangat terharu,
dantampak padanya rasa putus asa yang mendalam. Demikian keadaanya, sehingga ia
meninggal pula tujuh hari setelahnya. Namun demikian pada masanya yang pendek
itu senantiasa penuh dengan segala macam kegiatan-kegiatan yang besar. Khalifah
ini telah dapat menyatukan adminidtrasi pemerintahan di Makkah dan Madinah.
L.
HiSYAM IBNU
ABDIL MALIK 105-125 H
Masa
pemerintahan Hisyam adalah cukup lama, yaitu kira-kira duapuluh tahun. Hisyam
termasuk khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang
penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur Kantor-kantor pemerintahan
dan mebetulkan perhitungan keuangan negara dengan amat teliti. Hisyam adalah
seorang kahlifah yang hemat-cermat, tidak suka kepada keborosan. Hisyam juga
dikenal sebagai seorang Kahlifah yang penyantun dan sangat taqwa. Musuh-musuh
bani umaiyah pun mengakui kebagusan pembukuan damasa hisyam. Dengan demikian
keuangan negara dapat berjalan lancar dan sangat teratur, sehingga tak ada lagi
kesempatan untuk menggelapkan sejumlah uang yang seharusnya menjadi milik
baitulmal.
M.
AL WALID IBNU
YAZID 125-126 H
Al WALID
dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi khalifah al walid
berusia sebelas tahun. Dan ketika ayahnya menderita sakit yang terakhir, Al
Walid sudah berumur limabelas tahun. Al Walid moralnya tidak begitu tinggi, dai
mempunyai sifat kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya. Sebab
itu banyak orang yang marah kepadanya. Hal ini memaksanya untuk menetap di luar
kota Dmaskus. Ia lalu bertempat tinggal di daerah pedalaman, disuatu perkebunan
yang terletak di daerah yordania. Kebetulan pula yang menjadi pengasuhnya
adalah Abdus Shamad ibnu Abdil A’la yang juga mempunyai akhlak yang tercela.
Hisyam
meninggal dunia, maka Al Walid ibnu Yazid menaiki singgasana Khalifah. Kefasikan
Al walid makin menjadi-jadi setelah ia mendapat kesempatan yang baik dan harta
benda yang berlimpah-limpah, yang telah dikumpulkan oleh Hisyam berkat
kehematan dan kecermatannya. Denagn serta-merta ia telah menjadi orang yang
paling kaya.
Salah satu hal
yang amat disesalkan terhadap Al walid ialah bahwa ia melakukan balas dendam
terhadap putera-putera Hisyam. Mereka disiksanya dengan bermaca-macam siksaan.
Ada yang dipukulinya, ada pula yang dimasukkan dalam penjara, dan disitanya
semua harta benda milik mereka. Al Walid pun mengakiri hidupnya karena dibunuh oleh rakyatnya sendiri.
N.
YAZID IBNUL
WALID 126 H
Yazid tidak
dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telah dicapainya dengan
usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masa pemerintahannya
berlangsung lebih kurang enam bulan. Yazid meninggal dunia setelah memangku
jabatan Kahlifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi
saudaranya – Ibrahim – untuk menjadi Khalifah sesudahnya.
O.
IBRAHIM IBNUL
WALID 126 H
Kedudukannya
sebagai Kahlifah tidak disepakati kaum muslimin. Ia tidak mendapatkan Bai’ah
dari segenap lapisan rakyat. Sebab itu sebagian rakyat memanggilnya Khalifah
dan yang lain memanggilnya Amir.
P.
MARWAN IBNU
MUHAMMAD 127-132 H
Marwan barulah
mendapatkan stabilitas pada tahun 127 H, setelah melalui masa beberapa bulan
yang penuh dengan perjuangan sengit. Mrwan adalah orang besar, berani dan
memiliki kebijaksanaan serta kelicinan ia mempunyai pengalaman yang luas dalam
idang pertempuran. Ia telah berhasil emmbuat peyusunan kembali
kekuatan-kekuatan islam. Ia meningglkan sistem pembahagian balatentara kepada
beberapa kesatuan. Pada masa pemerintahannya beliau lebih memusatkan pada
sistem pertahanan dan militer.
Q.
AKHIR MASA
KEKHALIFAHAN UMAYAH[14]
Ciri utama masa
kekhalifahan Umayah di Damaskus dalam
segi sosial adalah kemewahan sebagai akibat kejayaan dalam politik. Sementara
itu nilai-nilai keislaman tenggelam oleh nilai-nilai keduniawian, meski semua
penampilan secara formal menggunakan simbol-simbol Islam. Di samping itu
perbudakan merupakan gejala sosial yang umum di kala itu, terutama di kalangan
para ningrat.
Sementara itu dalam kehidupan politik tidak dapat dikatakan aman
dan mulus. Karena kebijakan setiap khalifah selalu dilaksanakan dengan tangan
besi. upaya pemberontakan seperti tidak pernah terjadi. Sebetulnya akibat
ketidakpuasan selalu terjadi di mana-mana. Beberapa daerah keamiran telah
menyatakan memisahkan diri dan bersikap oposisi. Salah satu gerakan oposisi
dilakukan oleh Abas, salah scerang paman Nabi Muhammad.
Dengan dalih
ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abas berhasil menarik dukungan kaum Sy iah
dalam mengobarkan per1awanan terbadap kekhalifahan Umayah. Abas kemudian
memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga
khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu
dahsyatnya pembunuhan itu, sampai menyebut dirinya sang pengalir darah atau
as-saffar.
Dalam peristiwa
itu salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang
baru berumur 20 tahun. Berhasil meloloskan diri ke spanyol. Tokoh inilah yang
kemudian berhasil menyusun kebali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan.
Yaitu di Keamiran Cordova. Disana dia berhasil mengembalikan kejayaan Kekhalifahan
Umayah dengn nama Kekhalifahan Andalusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Dari pembahasan
diatas dapat kita simpulkan masa Bani Umawiyah penuh dengan masalah politik dan
konflik, dapat kita lihat pada masa Yazid I, dan kesaliman masa sulaiman dan Al- Walid. Tapi
bani umayyah pernah mencapai masa kejayaanya yaitu pada masa Khalifah pertama
Muawiyah, yang merupakan masa paling aman, masa Abdul Malik yang berperan
penting dalam bidang pembagunan, masa Umar bin Abdul Aziz yang pada msa beliau
rakyatnya kaya dan makmur, dan itu merupakan masa perekonomian yang sangat
baik. Dan serta masa Khalifak Hasyim yang sangat hemat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Su’ud.Islamologi
Sejarah,Ajaran dan Perananya dalam Peradaban Umat Manusia.Jakarta:PT Asdi
Mahasatya.2003
A. Syalabi.Sejarah
Kebudayaan Islam 2.Jilid II.Jakarta:PT. Pustaka Al Husna Baru.2003
Yusuf
Al’Isy. Dinasti Umawiyah.cet.I. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.2007
[1] Dr. A.
Syalabi.2003.Sejarah dan Kebudayaan islam 2.jakarta:PT. Pustaka Al Husna
Baru.hlm.21
[2] Ibid.
[3]
Ibid.hlm.22
[4] Dr. Abu
Su’ud.2003.Islamologi sejarah, ajarah, dan peranannya dalam perdaban Umat
manusia. Jkarat: PT Rineka Cipta. Hlm.66
[5] Op.cit.
hlm.26
[6] Ibid.
Hlm.40
[7]
Ibid.hlm.50
[8]
Ibid.hlm.52
[9]
Ibid.hlm54
[10]
Ibid.hlm71
[11]
Ibid.hlm75
[12]
Ibid.hlm81
[13]
Ibid.hlm.95
[14] Op.cit.hlm.71
MAKALAH PEMIKIRAN EKONOMI MASA DINASTI UMAWIYAH
Reviewed by Unknown
on
00.51
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar